Siapa
sangka sebuah hidayah membawa nama besar seseorang. Berawal dari melakukan perbuatan
yang kurang lurus karena memang pada dasarnya belum paham atas dampak yang
dilakukannya. Tetapi bisa juga sebenarnya telah paham bahwa perbuatan tidak baik
dilarang oleh agama maupun negara namun tetap dijalani karena memang terdorong
oleh nafsu yang kurang baik.
Begitu
mendapat hidayah dari Allah, membuat seseorang bisa bertaubat dengan
sedalam-dalamnya. Hingga untuk mewujudkan pertaubatannya tidak jarang seseorang
berusaha untuk mengajak orang lain untuk tidak terjerumus ke dalam lembah kekeliruan.
Memang
tak mudah membuat orang lain percaya begitu saja dengan pertaubatan. Peristiwa
demi persitiwa yang tidak mengenakkan sering dilontarkan untuk menanggapi (usaha)
kebaikan. Kata cemooh, tidak percaya, menghindar apabila didekati, dan
perlakuan-perlakuan sebagaimana penghakiman terhadap kekeliruannya dulu selalu
didapatkan sebagai bentuk ujian dalam kesungguhan melakukan kebajikan.
Dengan
kata “tak pantang menyerah” akhirnya kegigihan untuk mengajak kebaikan menampakkan hasil. Satu demi satu orang,
masyarakat sekitar, bahkan masyarakat Indonesia menerima ajakan seseorang untuk
berbuat yang lebih baik. Ini tidak lain karena tahu bagaimana cara dan gaya menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Menyelami jiwa masyarakat mulai dari anak-anak,
remaja-remaja gaul, sampai orang tua untuk diajak meninggalkan hal-hal yang
dilarang dan menjalankan hal-hal yang diperintahkanNya.
Salah
satu di antaranya adalah Uje alias Ustadz Jefri. Beliau dikagumi sekian
banyak umat manusia. Nama besarnya membuat banyak orang untuk mengikuti
petuahnya. Apalagi dengan pengalaman pahit hidupnya, almarhum bisa mencontohkan
betapa bodohnya manusia melakukan hal-hal yang tak patut untuk dilakukan. Sungguh
manusia dalam kerugian besar.
Dengan
meninggalkan seorang isteri dan empat orang anak yang masih kecil, rupanya
Allah lebih menyayangi ustaz untuk (insya Allah) menempati surgaNya. Tak hanya
keluarganya, masyarakat Indonesia kehilangan sosok panutan yang masih muda,
gaul namun cukup santun untuk membangun jiwa-jiwa yang sedang dalam kekeringan.
Tentu
kita tak akan melupakan lagu “Sepotong Kayu” yang dipopulerkan kembali oleh almarhum
setelah lebih dulu dipopulerkan oleh
Wafiq Azizah. Walaupun manusia dalam keadaan berjaya ataupun berlimang harta,
jika tak melakukan sholat apalah gunanya…
Selamat jalan, Ustadz… doa kami
semoga engkau mendapat tempat layak di sisiNya. Keluarga yang engkau tinggalkan
mendapatkan ketabahan dan kemampuan dalam meneruskan perjuanganmu.
Karya yang pernah engkau ciptakan dan
petuah-petuah yang pernah engkau sampaikan insya Allah tak akan terlupakan oleh
penganutmu.
Uje…
Nama besarmu …
semoga menjadi inspirasi untuk
Uje-Uje ciptaanmu.
27 April 2013
Allahummagfirlahu warhamhu wa'aafihi wa' fu'anhu
BalasHapusaamiin...
BalasHapusSemoga almarhum di tempatkan di sebaik-baik tempat di sisi-Nya.
HapusAllahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa' fu'anhu....
Aamiin...ya robbal 'alamin...
Hapusterima kasih sempat singgah di sini.