Enak
saja manusia. Hanya sekedar memenuhi hasrat atau hobi bisa berbuat semaunya
sendiri. Dengan menenteng sebuah senapan berkeliaran ke tempat-tempat yang
masih kelihatan hijau.
Adalah
sebuah lahan milik “orang kaya” di belakang rumah yang lumayan luas dibiarkan
tanpa ada bangunan. Sedangkan tanah luas di sebelahnya telah dibeli pabrik
untuk ekspansi usahanya. Dari lahan kosong itulah kami bisa menghirup udara
bersih. Akan tetapi kelak jika tanah tersebut dibuat bangunan maka habislah riwayat
komunitas binatang liar yang ada di situ. Mulai dari ular, musang, burung
gagak, dan berbagai binantang yang menguntungkan maupun yang merugikan manusia.
Karena
adanya pemekaran pabrik sebelah, membuat suasana tak lagi sehijau dulu.
Sekarang tak dapat tertemui lagi rerimbunan yang menyejukkan mata. Yang ada
hanya pantulan atap pabrik yang cukup menyilaukan mata di siang hari. Tetapi
ada untungnya juga, bila malam suasana menjadi terang-benderang. Minimal
membuat para “pekerja malam” alias pencuri enggan berkeliaran di sekitar rumah.
Mungkin silau dengan lampu-lampu neon di sana-sini.
Nah…
untuk menyiapkan masa depan, aku menanam segala pepohonan di sekitar rumah.
Selain sengon, tidak ada bibit-bibit tanaman yang aku beli. Semuanya berasal
dari biji yang aku tanam. Apalagi jika musim buah, banyak biji yang terbuang.
Dari biji-biji yang tumbuh itulah aku menanamnya di sekitar rumah. Memang saat
ini aku belum bisa menikmati hasil, tetapi anak- cucuku kelak semoga bisa
mengambil manfaatnya. Agar mereka bisa menghirup udara segar di zaman yang
semakin modern.
Aku
juga berusaha untuk menanam segala macam tanaman keras di sekitar rumah. Memang
perlu waktu yang lama untuk menunggu pepohonan itu tumbuh besar. Tetapi
setidaknya sengon-sengon yang kutanam telah dapat menaungi mata dari silaunya
matahari. Memang sengon sangat cepat pertumbuhannya. Dalam waktu tiga tahun
sudah mencapai delapan meter lebih. Apalagi cabang dan rantingnya sengaja
kubiarkan tumbuh liar agar bisa menyatu dengan cabang dan ranting pohon-pohon
di sebelahnya. Lumayan sejuk.
Dengan
mulai rimbunnya sengon-sengon tersebut membuat burung-burung suka tinggal di
waktu pagi dan sore hari. Bermacam burung dengan suaranya yang ramai bahkan
kadang-kadang anakan burung turun mengetuk-ngetuk jendela kaca kamarku. Seakan
dia ingin masuk ke rumah. Tak jarang pula beberapa burung nyasar masuk rumah
hingga tak bisa keluar. Betapa damainya hidup menyatu dengan alam. Bersama
pepohonan nan rindang dan aneka burung yang setiap saat berebut makan di atas
rumah. (menandakan kalau hidup di desa)
Sayang
ketenteraman burung-burung sekarang mulai terusik oleh datangnya sang pemburu.
Aku tahu sebenarnya para pemburu menembak burung bukan untuk dikonsumsi atau
dijual. Mereka berburu hanya untuk menyalurkan hobi menembak. Bagaimana
menyadarkan mereka ya?
Kalau
dipikir-pikir pemburu adalah orang yang kejam. Jika burung yang tertembak hanya
kena kaki atau sayapnya saja, pasti burung tersebut masih bisa hidup. Tetapi
tentu hidupnya akan cacat atau tidak normal lagi. Padahal pemburu melakukannya
tidak hanya sekali, pemburu selalu melakukan hal yang sama untuk melukai
burung. Hanya untuk kepuasan atau menguji kemampuan menembak mereka. Tetapi jika
burung sampai tertembak mati, mereka baru mengonsumsinya dalam jumlah banyak. Jika
hanya mendapat satu atau dua ekor, mereka tidak berusaha mencari burung yang
tertembak tadi. Kasihan nasib burung-burung tersebut. Hingga kadang terjatuh di
dalam pekaranganku. Maka ayam-ayamkulah yang senang mendapat bangkai burung
yang terjatuh.
Jika
hal ini berlangsung terus-menerus, tidak bisa dipungkiri bahwa suatu saat tidak
lagi terdengar suara ramainya burung-burung tersebut di atas rumahku. Apalagi
sarang-sarang burung tersebut juga diburu pada malam hari dengan menggunakan
getah nangka.
Untuk
mengingatkan mereka aku tidak punya kewenangan. Karena tanah di sebelahku
memang bukan milikku. Juga untuk burung-burung yang tinggal di atas pepohonan
yang kutanam, bukankah itu juga burung liar. Tidak ada yang memiliki. Tetapi
mereka sungguh mengusik ketentaraman suasana alam yang berusaha kuciptakan.
Bukan hanya untuk aku dan keluargaku tetapi juga untuk masyarakat di sekitarku.
“Wahai para pemburu… jangan tembak
lagi burung-burung di sekitar kita. Biarkan mereka bebas terbang ke sana-kemari
untuk melengkapi kehidupan kita. Bersama rindangnya pepohonan dan sisa-sisa
satwa yang lain.” Hanya suara hatikulah yang selalu
kuteriakkan dalam hatiku juga.
25 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar