Lahir
di Surakarta pada Januari 1988. Kini tinggal di Kota Cirebon dan bekerja
sebagai analis. Menulis puisi sejak 2010.
Jawa Pos, 11 Maret 2012
PUISI ANEH
Maka
bacalah dari bawah
Karena
tak pernah kutulis dari atas
Agar
kau mengerti
Tentang
kedunguan seorang aku
Karena
angin pun takkan pernah mengerti
Berembus
hanya sedetik
Napasku
tak pernah panjang berjuang
Dari
lahir hingga datang kematian
Yang
terinjak tetaplah keadilan
Harapanku
takkan pernah sama
Meski
atas dan bawah terangkai sejalan
Inilah
seorang aku
Cirebon, Januari 2012
JIKA NANTI
Jika
nanti aku besar dan menjadi pegawai negeri
Aku
juga ingin korupsi
Seperti
tingkah mereka di televisi
Bukankah
anak kecil memang selalu begini?
-meniru orang dewasa-
Jembatan Layang, Januari 2012
OPERA SENI KORUPSI
Lihatlah
opera sekelompok hantu lucu
Lebih
lucu dari ketoprak humor tempo dulu
Yang
berdasi berperan sebagai pencuri
Yang
bertopi aktor pengaman situasi
Aku
dan kamu penonton sejati
Sesekali
bersorak air mata saat mereka beraksi
Aku
dan kamu hanya pasrah dituntun alur cerita
Skenario
adalah hak veto sutradara
Inilah
panggung sandiwara
Punggung
dari segala rencana
Yang
kritis kasih beberapa suap
Saat
rakyat menangis pura-pura nguap
Hampir
semua penonton berucap
Tapi,
apa karena hati mereka pengap?
Atau
mungkin
Mereka
juga ingin disuapin
Lalu
seperti apa nasib warga miskin?
Kata
para pemain, “emang gue pikirin”
Jika
gambar rupiah Soekarno-Hatta bisa berkedip
Mereka
takkan sudi dimiliki secara gaib
Dari
dana bantuan tunai yang raib
Bahkan
lewat amplop santai yang terselip
Dua
tokoh proklamator yang tersohor
Menjadi
saksi bisu teror transaksi kotor.
Cirebon, Maret 2011
ISTRI BESI
Aku
bosan dengan motorku
Tiap
hari kutunggangi
Tak
juga ada tanda-tanda kehamilan
Ciwaringin, September 2011
AKU, PINGGIRAN CILIWUNG
Aku
dan bulan bertukar kecemasan
Lalu
dia bersembunyi di balik awan
Sesuatu
terjatuh dari langit
Ada
puluhan ekor tikus got keluar dari sarangnya
Malam
beringsut takut
Orang-orang
harus dibangunkan
Kentongan
harus dititir
Karena
sebentar lagi pasti banjir
Jakarta, Januari 2012
JANJI LORONG KOTA
Aku
tak memiliki sehelai angin pun
Untuk
kutiupkan pada rahim kemiskinan
Namun
jika lapar telah terkapar
Perih
tetap lahir di lorong-lorong kota
Seperti
aku yang tak menulis selarik puisi pun
Untuk
menggugah hati par ape-dasi
Namun
jika untuk sekedar janji
Mereka
berlomba membacakannya
Namun
sehelai angin bukan sebaris puisi
Dan
kemiskinan tak pernah berdasi
Hingga
janji itu terkapar
Tak
ada yang membaca lorong lorong kota
Cirebon, Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar