Senin, 28 April 2014

Antologi PuJa XVIII ---SAMSUDIN ADLAWI---



Lahir di Banyuwagi 07 April 1970. Wartawan Jawa Pos. Puisi dan esainya dimuat di sejumlah media cetak. Buku puisinya yang sudah terbit Jaran Goyang (2009) dan Haiku Sunrise of Java (2011). Pintu silaturahim: udi@jawapos.co.id.
                                                                                                                        Jawa Pos, 01 April 2012
Tiga Ikat Puisi untuk Murtidjono

Halaman Tak Terbatas
Bunga yang indah
Merbak kan aroma
Akan sia-sia belaka
Di vas yang salah

Tapi tidak
Di tanganmu

Bunga tak pernah layu
Merekah sepanjang waktu
malah selalu

Kau bukan sekedar pot
Kau halaman tak terbatas
Surga keindahan meretas
                        27(III)2012

Kitab Kebudayaan
Goresan kuasmu tak pernah
Benar-benar jadi lukisan

Goresan kuasmu tak pernah
Benar-benar menjelma puisi

Rajutan kisahmu tak pernah
Benar-benar jadi bangunan novel

-Bahkan cerita pendek saja tak sampai

Tapi, kamu adalah buku
Tempat lukisan, puisi, novel
Menimbuni bilik-bilik halamanmu
                        15(III)2012

Lampu
Menerangi dunia
Tidak harus jadi lampu

Setitik cahaya saja
Sudah cukup, bagimu

Kamu adalah lilin
Laron-laron menari

Bernyanyi dan berpuisi
Nikmati hangat cahayamu
                        20(III)2012

Setingkas Puisi untuk Chairil
Duhai
binatang jalang

Seribu tahun berlalu
Jasadmu sudah mengabu

Tapi tidak dengan semangatmu
Masih menyala-nyala dalam ini kalbu

Tapi tidak dengan puisimu
Masih ngiang-ngiang di gendang telinga
                        30(III)2012

Hatiku Angan
Pagi sudah menjelang
Hujan tak
Kunjung pulang

Dingin mulai menyerang
Burung enggan
Tinggalkan sarang

Dalam angan
Ia menggambar
Kenyang
                        12(II)2012

Haiku Hujan
Hujan berguguran
Tanah merekah merekat
Bunga bermekaran
                        24(I)2012

Haiku Naung
Ketika guna
Menghujam
Tanah lapang

Apa guna
Tempat berteduh
Dicari

Menganyam
Lembaran hujan
Sejatilah naungan
                        11(I)2012

Sirep
dur tidurlah dunia seisinya
kutidurkan di semilir angin malam
kubungus sehelai kain sepi
sunyi menggelayut hati
hidup nestapa tidak di mimpi

pi mimpi bangunkan lembaran malam
duduk sendirian tanpa teman
menumpuk janji tak terbayarkan
segera lunasi sebelum mati
yang datangnya selalu pasti
                        17(I)2012

Mengalir
untuk apa mengunyah
kalau gigi tak terasah

untuk apa merasa
kalau hati mati rasa

selalukan hati bersih
kalau ingin hidup sejati
                        12(I)2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...