Minggu, 04 Mei 2014

UNAS 2014 KACAU



Begitu pengawas UNAS membuka amplop bersegel, saat itu juga bertanda tanya, “Kok, naskah soal ada dua bendel.” Soal bersampul dan tidak bersampul. Padahal sebagaimana biasa di tahun-tahun kemarin, soal UNAS hanya terdiri atas satu bendel. Hari pertama adalah jadwal bidang studi Bahasa Indonesia. Dalam keadan penasaran akhirnya pengawas pun membagi soal bersampul satu demi satu. Menyusul kemudian soal tak bersampul. Tak lupa pengawas meminta siswa untuk mengecek kelengkapan soal mulai dari nomor 1-50.

Beberapa menit kemudian, ramailah peserta dengan macam-macam pertanyaan. Demikian juga di ruang-ruang yang lain. Para pengawas berhamburan menuju panitia untuk konfirmasi soal yang tidak seperti biasanya. Panitia pun kalang kabut. Mereka menghubungi pihak-pihak terkait.

Ternyata di antara lembar daftar hadir, petunjuk untuk siswa, untuk pengawas, pakta integritas, ada selembar petunjuk cara pembagian yang berbunyi demikian:

·         Kerjakan nomor 1 sampai dengan nomor 12 dari naskah soal yang tidak bersampul.
·         Kerjakan soal nomor 13 sampai dengan 38 dari naskah soal bersampul
·         Kerjakan soal nomor 29 sampai dengan 50 dari naskah yang tidak bersampul
·         Apabila ada nomor soal yang sama (antara naskah bercover dan naskah tidak bercover), maka yang dikerjakan hanya soal dari naskah yang tidak bersampul. Jangan mengerjakan soal dengan nomor yang sama dari kedua naskah.
·         Setelah selesai mengerjakan seluruh soal, masukkan naskah soal yang bernomor ke dalam naskah soal yang tidak bernomor.
·         Letakkan LJUN dan seluruh naskah soal di atas meja Anda.

Setelah pengawas memberikan arahan kepada peserta ujian, masih saja ada masalah. Ada beberapa peserta yang lapor bahwa nomor 13 tidak ada. Kacau lagi, harus menunggu lagi untuk konfirmasi ke yang berwewenang. Sekitar 15 menit kemudian ada pengumuman bahwa nomor yang tidak ada tersebut terpaksa harus dikosongi. Dengan catatan pengawas harus mencatat kejadian tersebut dalam berita acara.

Kebijakan baru ini membuat peserta harus berpikir dua kali. Harus mengurutkan nomor soal dengan benar, juga harus mengerjakan soal dengan benar. Hal ini tentu menambah beban peserta ujian. Apalagi sebagian waktu terbuang gara-gara “hal baru” ini. Kecuali kalau sebelumnya telah disosialisasikan masalah yang seperti ini, sehingga baik penyelenggara maupun peserta ujian siap dengan segala perubahan.

Kediri, 5 Mei 2014

2 komentar:

  1. iya kacau luar biasa, saya coba scan barcode tiap lembar trnyata berbeda kodenya. Bgmn nnti klau d scanner LJK nya tidak ssuai dengan barcode content soal..
    Smoga pihak diknas sudah punya antisipasi untuk masalah ini

    BalasHapus
  2. Iya, smg aja. Ketakutan itu ternyata melanda ke berbagai daerah ya.... Mbak Faiza di wilayah mana?

    BalasHapus

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...