Kamis, 06 November 2014

Antologi PuJa ke -31 ---DIAN HARTATI---



    Lahir di Bandung, 1983. Puisinya tersebar di berbagai media dan puluhan antologi bersama. Kumpulan puisi tunggalnya berjudul Kalender Lunar (Dian Rakyat, 2011). Mendapatkan berbagai penghargaan penulisan karya sastra, salah satunya Anugerah Sastra Jurdiksatrasia (2006)
                                                                                    Jawa Pos, 7 Oktober 2012
 Berbagi Meja
kali ini saja
aku berbagi meja dengannya
menuangkan kenangan yang sama

gurat kesakitan akan selalu terbayang
sampai kita sama-sama melupakan waktu

suara-suara memenuhi telinga
senyuman itu membuat panorama berubah

aku memandang sekeliling
tak ada wajahmu
hanya campuran udara panas dan asing

aku tak dapat menahan segala kesakitan
sebaiknya kita segera meninggalkan
ruangan ini
                        Bumiwangi, 2012

Balet
ini semacam ksedihan
kuda kayu terus berputaran
dan lagu mengalun

siang hari yang terik
hanya ada teriakan-teriakan
dari roller coaster

lorong jalan begitu sepi
aku mencari-cari wajah pagi
tapi tak ada
semuanya kosong
dan aku ingin terus berlari

aku pergi dari rumah
singgah di semua tempat
bertemu banyak orang
dan mencari wajah pagi

ada balom biru di taman itu
dua orang bercakap dalam diam
mereka berpelukan
dan melupakan sekeliling
teriakan seorang wanita yang dicopet

aku tersesat di terowongan
membuat jalanan macet
dan kehilangan segalanya

kini selamanya hari adalah malam
terus mencari cahaya
berdiri dari stasiun ke stasiun
musik masa kecil mengalun
tak ada tangis
karena aku telah mengkhianati segalanya
                        Bumiwangi, 2012

Laut Telah Pindah Rumah
gulungan ombak telah berpindah rumah
membawa segala karang, ikan-ikan, bahkan suara
laut menjadi sepi
segalanya berpulang ke hatiku
riuh bergejolak
burung-burung ramai menandai suatu tempat
mereka kehilangan permukaan licin dan basah
tak ada lagi incaran di siang hari yang berkilau

laut telah pindah rumah
ke hatiku
nelayan bergantungan di dada
perahu-perahu gentayangan
lajunya serupa tangis anak kecil
tak ada angin
selebihnya tinggal kenangan

seperti hari kemarin yang selalu bergemuruh
aku meninggalkan rumah
membawa buku dan album kenangan
hanya itu
                        Bumiwangi, 2012

Keluarga Spora
tiba-tiba aku berada di hamparan hijau rumput
angin jadi music paling ritmis
di belakang sana gerbang bumi hampir tertutup
portal itu menguarkan kenangan
aku menatapi lamat-lamat
bingung beranjak

sebuah ayunan bergerak sendiri
kuning serupa matahari pagi
aku tersenyum merasakan kehampaan
inilah kesepian
kematian yang hampir datang dan aku masih ragu
ayunan itu terus berderit
seolah mengajak
di punggung tas merah ringan kubawa
di dalamnya ada beragam peta
kompas dan sebotol air
aku haus tapi tak berani membuka tas

tiba-tiba langit berubah warna
ungu dan oranye
berubah lagi jadi abu-abu
sungguh aku tak pernah suka warna pelangi
tak pernah suka mendengar kata-kata suami

aku berjalan kea rah pohhon kehidupan
memilih bersamamu atau tetap dalam mimpi
                        Ruang Ungsi 2, 2012

Angin Air Asin
wajahmu menyentuh bayang-banyang laut
merasakan kesepian bibir kapal
memandang pulau di seberang sana

pelayaran baru saja dimulai
dan angin telah mempermainkan perutmu

kupu-kupu atau suara-suara yang taka sing
hadir seketika
saat ini
ketika peluit kapal baru saja terdengar beberapa menit lalu
semua berjumpalitan dalam rahimmu

gelombang menghilangkan kesadaran
kulit berubah rasa
keengganan mulai membuat cemas

beberapa lama lagi harus menunggu
pulau di seberang sana
mulai ditelan pusaran
                        Bumiwangi, 2012

Weh
dermaga jawabannya
tempat terakhir kita berpelukan
menitipkan air mata pada masing-masing cerita

ini pulau terujung
dan kita hanya dapat menyaksikan benteng
peninggalan
aku pergi mengikuti arus laut
sampai ke daratan india
meniggalkan kehangatan cinta
tak ada lagi ciuman
semuanya telah hilang
bersama arus biru
mengawang melesatkan tanda tanya
                        Bumiwangi, 2012

Pendopo
kami memilih singgah
berusaha membangkitkan kenangan
anak-anak sudah beranjak dewasa
satu per satu meninggalkan rumah

di kursi kayu
kami menemukan keriangan si sulung
dia pernah merayaan ulang tahun
bersama laki-laki yang kini jadi suaminya

di meja sebelah kanan dekat pintu
kami masih merasakan kehangatan ruangan
hari telah malam
lantai masih berdansa dengan bahagia
kala itu kami merayakan hari kelulusan si bungsu

saat ini sore telah mengaduk-aduk warnanya
senja yang berbeda karena mata kian lamur
hujan di luar dan jemputan belum dating
kami tak bisa berbuat apa-apa

hanya cinta yang membuat kami bertahan
dalam badai sekalipun
                        Bumiwangi, 2012

Kenakalan Tukang Cat
dia yang berburu pekerjaan
melapisi setiap dinding rumah dengan kenangan
lapis pertama, untuk si anak awal
            layang-layang dari daun kering
            melepaskan semua mimpi
            si anak awal langsung menuju langit
dan tak ingin berpijak
ia percaya, tangannya akan berubah menjadi sayap
tersenyum saat cat mengguyur tubuh biru
lapis kedua, agar dinding tak cepat kusam
dipilihlah warna serupa tubuh
telanjang dan memar
segalanya begitu terasa
kenangan telah memecah mimpi
goresan membentuk sejarah baru
bersama matahari ia mongering

pilihan warna diprotes pemilik rumah
tukang cat tersenyum
dia melukis seolah malam adalah dirinya sendiri
lupa bagian pintu
lupa bagian jendela

dia tukang cat yang sombong
berpindah ke rumah selanjtunya
begitu saja
                        Bumiwangi, 2012

Kompartemen
segalanya berjalan mundur
gerakanmakin cepat
dan mengiris ingatan-ingatan

untunglah tak ada asap rokok
udara dingin dan lelehan salju
membentuk jamur-jamur kotor
di jendela luar

kami saling berbagi bekal
padahal tak saling kenal
bahasa dan kulit kami berbeda
mereka yang bertato melebarkan senyuman
si kakek di pojokan
sama sibuknya membagi makanan

hanya ada mi rebus di kotak bekal milikku
makanan pejal megalahkan gigil

melaju terus ingatan ini
dikalahkan dengan dengkur laki-laki ukraina

seorang perempuan di feodosiya
telah menanti

dia akan mengajak ke pantai-pantai
laut hitam
                        Bumiwangi, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...