Jumat, 07 November 2014

TANGKAL MODERNITAS NEGATIF DENGAN BUDAYA ISLAMI (contoh pidato)



Hadirin yang saya hormati,
Kita ketahui bersama bahwa perkembangan teknologi yang demikian pesat sangat menguntungkan masyarakat. Berita tentang apapun dan dimana pun bisa diketahui dalam hitungan detik melalui media informasi. Berbagai media telah tersedia, tinggal kemauan kita sebagai penikmat informasi bebas mengaksesnya setiap saat. Mulai informasi yang paling baik sampai informasi terburuk pun bisa kita cari sewaktu-waktu.

Perubahan masyarakat sebagi kesatuan hidup manusia yang semakin modern, ditandai oleh sikap hidup warga masyarakat yang semakin rasional dan penuh transparansi dalam segala hal. Ini merupakan fenomena bahwa masyarakat  Indonesia sudah berada pada situasi atau tahap modernitas dalam era globalisasi.

Era globalisasi yang modern tak bisa dihindari oleh siapapun, hal ini tentu akan membawa berbagai dampak bagi seluruh umat di dunia. Berbagai perkembangan di bidang apapun bisa dilihat dari gaya hidup masyarakat zaman sekarang. Kehidupan yang menginginkan kebebasan dalam berpendapat, berkarya, berbudaya, bergaul, maupun bebas dalam hal apa pun.

Modernitas dianggap sebagai puncak perkembangan masyarakat manapun yang sering disebut dengan “Grand Process of Modernization”, yang lantas dijadikan sebagai pedoman untuk bergaya hidup serba lebih “wah” dan baru agar tidak dikatakan ketinggalan zaman.

Hal seperti ini tentu saja banyak manfaatnya. Tetapi di luar manfaat pasti juga ada mudlaratnya. Berbagai contoh budaya luar yang bertentangan dengan ajaran Islam bisa kita lihat misalnya dengan melalui televisi, majalah, maupun internet. Hal yang tampaknya baru inilah yang akan menarik bagi masyarakat, terutama para remaja.
Hadirin yang saya hormati,

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju ke remaja. Masa inilah yang merupakan masa percobaan di lingkungan luar keluarga. Remaja yang selalu ingin mencoba-coba sesuatu yang baru. Jika mendapatkan tren-tren yang baru dikenal, tak sedikit mereka yang ingin mencobanya. Misalnya gaya rambut mulai dari gaya Changcuters, Aldi, punk, sampai gaya Budi Anduk, banyak remaja yang ingin mengikutinya. Pun demikian dengan yang wanita, mulai Mulan Jameela, Gita Gutawa, Aura kasih, sampai Agnes Monica. Belum lagi mode baju yang belum jadi, setengah jadi, atau bahkan yang betul-betul “kamu bisa melihat” alias you can see. 

Remaja semakin kebingungan mencari trenseter. Bingung memilih mana dan siapa yang patut dijadikan panutan dalam bermode dan bergaul tanpa peduli bahwa apa yang diikuti itu pantas dan di jalur agama atau tidak. Mereka lupa, bahwa kita hidup di Indonesia yang punya kebudayaan sendiri. Kebudayaan yang sesuai dengan jiwa keindonesiaan yang santun, yaitu kebudayaan yang dilandasi dengan agama.

Hadirin,
Di tengah-tengah hingar-bingarnya modernitas di kota-kota besar yang akhirnya kemodernan itu ikut mudik ke desa, ternyata masih ada beberapa gelintir tokoh dan masyarakat yang mempertahankan bahkan mengembangkan budaya Islami. Budaya islami yang bisa dijadikan tameng dalam memfilter budaya-budaya asing yang dirasa negatif dan kurang cocok dianut. Karena pada dasarnya telah disebutkan dalam Qur’an surat Ar-Ra’du: 11

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah pada dirinya.

Hadirin yang saya hormati,
Di antaranya kita bisa melihat perkembangan lagu-lagu islami pada aliran pop  maupun rock. Seperti yang dibawakan oleh band Ungu, Gigi, Dewa 19, dll. Belum lagi para penyanyi solo mulai Iwan Fals sampai Afgan. Perkembangan kesenian islami yang menggembirakan ini diikuti pula dengan perkembangan mode baju muslim yang semakin variatif. Sehingga umat Islam yang menutup auratnya kini tidak lagi malu hanya karena memakai baju panjang dan berkerudung yang dulu terkesan “ndesa”.

Banyak artis yang dulu dikenal sexi, contohnya Ineke Kusherawati yang sekarang merubah penampilannya menjadi lebih santun dengan jilbabnya, Zaskia Adya Mecca, Gita KDI, Marsanda, dll.  Mereka lebih banyak berdakwah melalui penampilan sebagai penebus kejahiliahannya pada masa lalu.

Demikian juga dengan film maupun sinetron yang banyak menampilkan  adegan-adegan yang lebih islami dari pada tayangan-tayangan masa lalu. Bagi yang hobi renang, senam, maupun menari pun kini tidak lagi terhambat, karena ada perancang busana yang peduli dengan aurat. Mereka merancang model sedemikian rupa sehingga aktivitas umat Islam tetap bisa berjalan. Hal seperti ini justru menggali potensi dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat untuk selalu berinovasi dan berkarya.

Hadirin,
Semakin banyak orang yang pandai, semakin banyak yang mengembangkan ajaran Islam dengan perantara budaya yang islami pula. Dengan budaya Islam, berarti dakwah Islam bisa berjalan, yakni menitikberatkan pada gerakan moral, intelektual, dan ilmu pengetahuan, serta pembinaan kesadaran beragama yang merupakan landasan etika sekaligus hidup bermasyarakat. Hal ini juga pernah dilakukan oleh Rosulullah beserta para sahabatnya yang mampu merubah sisi negatif perkembangan masyarakat pada masa itu menjadi lebih modern yang islami. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahzab : 21


Artinya : Sesungguhnya di dalam diri Rosulullah itu terdapat teladan yang baik bagimu
Dengan menjalankan kehidupan modern tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai islam, yakni mengembangkan kebudayaan ataupun kebiasaan yang berciri Islam, insyaallah kita sebagi individu di tengah-tengah masyarakat akan selamat dari setan-setan kemodernan. Karena kita punya pijakan atau landasan dalam segala tindakan, yaitu budaya Islam.
Demikian sambutan yang saya sampaikan, semoga bermanfaat.

Mgr, 5 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...