Lahir
di Pati, 31 Oktober 1966. Karya puisinya menyebar di berbagai media. Juga
dibukukan dalam antologi tunggal. Kini tinggal di Jogjakarta. Email: ulfatin_ch@yahoo.com
Jawa Pos, 11 November 2012
Jangkar dan Kapal
Seperti
jangkar dan kapal
aku
tak pernah lepas bertautan
hanya
keadaanlah membawaku
menunggu
menunggu
muatan
dan
berlayar
Entah,
berapa lama. Ketika engkau pergi dan
aku
menanti
2011
Kepada N
Di
sungai ini, aku ingin mengalir dengan sajakmu
dan
berakhir di muara waktu
Di
sungai ini, aku ingin menjadi batu yang tenggelam
di
dasar hatimu, tumbuh menjadi mawar jiwamu
Aku
ingin bersemayam tanpa surat-surat
tanpa
alamat di lubuk cintamu
2012
Jarak Menunggu
Dan
kubawa engkau ke tepi sajak
kupikir
bulan akan lunak
Tapi
malam-malam yang kauinginkan tak sekedar jarak
tak
sebatas arak
Di
batas Kota
di
jalan yang dulu kita lewati bersama
bunga
telah mati
entah
di mana pemakamannya
Sedang
kita selalu menanti jejak
menunggu
jarak itu kembali
2012
Menanam
Rindu
Di sini tempat
kita
menanam rindu
Di tepi sungai
dengan batu kecil dan arusnya kecil
pohon-pohon
melambai menyimpan jejak
Jalan setapak
berliku menanjak
jangan
ditinggalkan
Jauh dari
pemandangan
sebelum perjalanan
mengalun gamelan lama
Tapak-tapak mungil
perlahan meniti jarak
meniti harap
sampailah rindu
pada kenangan
2012
Yang
Rindu Itu Waktu
Yang rindu itu
waktu
berjalan tak henti
menempuh hari
Dari detik ke
menit merayap seperti ular
turun dari barak
menyusur sungai kecil
arus kecil, jalan
kecil di samping rumah
jalan menyelinap
paling mudah
untuk berdusta
saat remaja dulu
ketika kita akan
pergi tanpa restu
Kau tahu, ibu
masih menunggu
menunggu waktu
menunggu jam itu
memutar detiknya
hingga angka Satu
2012
Hujan
Menetes
Hujan seperti apa
yang kaukatakan rindu
sedang tetesnya
selalu hilang
entah. Ia tak
mengalir ke sungai-sungai
yang mengantar
alamat dan surat-surat
Hujan hanya
menetes di musimnya
dan berganti di
musim lainnya
2012
Akhir
Berjalan
Begini saja,
biarkan rajawali tegak berdiri
sementara kau
terus berjaga
siang dan malam
Begini saja, hidup
berjalan, angin berjalan
musim berjalan,
kalender berjalan, hari berjalan
toh sampai juga
akhirnya
tujuan
2012
Jalan
Fana
Kita sudah
tersesat di jalan ini
marilah pulang
anakku
sepanjang malam
gelisah
Kita tersekat
dalam rumah kosong
yang sunyi
tak ada kalender
dan lilin untuk
menyalakan api
Kita sudah
tersesat
di hamparan padang
sabana
yang cuma
fatamorgana
Kita yang selalu
menginginkan yang retak
dan fana itu abadi
2012
Kata
Hujan
Tes tes tes
kata hujan
mencintai kamu
Di bibir payung
yang terbuka, di atas aspal yang dingin
ia mencoba
memungut rindu
yang terlanjur
beku
2012
Kata
Angin
Siuuut,
kata angin
mencintai kamu
Di udara dalam
sekapan layang-layang, di bawah daun
ketika akan turun
sedetik sebelum ia
jatuh dan menembus malam
ah!
2012
Pada
Alamat
Kita sering lupa
menutup pintu
ketika pintu lain
sudah terbuka
Kita sering lupa
mengeja nama-nama bunga
yang setiap hari
kita siram agar ia terus berbunga
Kita sering lupa
teman-teman lama
baju-baju yang
lama sepatu yang lama
bahkan pada ibu
kita
Kita sering lupa
mencatat alamat
yang mungkin suatu
saat kita bertempat
tanpa menggoreskan
luka
2012
Sajak
1
kubaca juga
surat-surat itu
kubaca jejak yang
berserak dalam sajak
Alamat yang
kautulis dalam bahasa baqa
hilang ditelan
lahar
begitu juga
kehadiran yang menepi
di ujung temali
Sedang kau pergi
tak kembali
2012
Sajak
2
Telah kaupetik
bunga yang tumbuh
sampai tak bersisa
Di jalan setapak
di sungai yang riuh
selalu kudengar
gema rindu menggelepar
tak tertampung air
mata
tak tertampung
muara
2012
Sajak
3
Kutunggu kau di
tepi sajak
di bait pertama
saat rindu menggema
Hujan tak kan lama
pergi
deras aromanya
masih tercium di sini
Dan beribu-ribu kata
tersekat
tak tersampai
jarak
mengelana rimba
dukana
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar