Maunya sih, membuat
“Rumahku adalah Surgaku”. Membuat seisi rumah betah untuk tinggal dan selalu
merindukan rumah seusai beraktivitas. Pun jika liburan, kalau bisa anak-anak
selalu ada di rumah. Karena itu, sebagai orang tua sebisa mungkin (berdasarkan
kemampuan) memfasilitasi kebutuhan anak selama di rumah.
Tak tega jika anak-anak
harus keluar rumah untuk bermain. Ekstrim juga sih… jika melarang-larang anak
untuk bermain dengan dunia luar. Anak-anak punya dunia sendiri bersama lingkungannya.
Sedangkan orang tua, maunya anak-anak dikekang harus ada di rumah terus.
Kasihan juga orang tua yang punya pemikiran demikian, salah satunya aku. Inilah kemauanku, tapi aku harus tahu realita
sosial.
Masih segar di ingatan.
Waktu masih remaja dan kuliah di Jogjakarta. Seringkali tiap malam Minggu
kakakku mengajak untuk cuci mata ke Malioboro. Kadang juga bermain bola bersama
keluarga kakak di gedung Fakultas Ekonomi Jogjakarta. Baik juga niat kakakku
untuk mengajak bersenang-senang. Tapi apa yang kurasakan? Hampa saja. Memang
aku ikut bermain dengan keponakan-keponakan, tapi perasaan tetap tak gembira.
Bagi keluarga kakak, hal seperti ini sangat menyenangkan. Bisa berkumpul
keluarga setelah seminggu jenuh dengan pekerjaan dan sekolah. Sedangkan aku
perlu situasi yang berbeda juga. Aku tetap memerlukan kehadiran teman sebaya.
Teman kuliah, walaupun sama-sama seorang wanita. Bagiku, teman bisa diajak
ngobrol sesuai usia tema remaja.
Setelah menjadi orang
tua, ternyata aku egois juga. Keinginanku untuk selalu memantau kegiatan anak
begitu kuat. Setiap anak izin bermain, aku akan selalu mencari tahu dia sedang
apa dan dimana. Apalagi anak remaja putri, seolah-olah aku harus menjaganya
dari bangun sampai tidur kembali. Aku tidak mau teledor dalam pengawasan.
Tentu saja anak-anak
punya rasa kecewa terhadap tindakanku ini. Anak tidak bisa bebas dengan
kegiatannya. Mereka perlu teman untuk mengungkapkan segala kegiatan yang mereka
alami ataupun rencana-rencana yang akan mereka bahas. Bahkan kadang juga belajar
kelompok. Berat sekali melepaskan kata “izin” kepada gadisku. Untung aku mengenal teman anak-anakku.
Sehingga aku pun paham dengan karakter mereka.
Pada dasarnya aku paham
betul dengan sikapku yang over protektif. Tapi kenapa aku juga sulit untuk membiarkan
anak-anak untuk bebas izin bermain keluar. Aku terlalu takut dengan dunia luar.
Kudapati di lingkungan banyak kejadian yang tak diinginkan oleh orang tua.
Anak-anak remaja yang menjadi korban kebebasan bergaul. Hasilnya bisa ditebak
oleh siapapun. Banyak remaja hamil di luar nikah atau terjebak narkoba.
Korban pergaulan tidak
hanya dialami remaja putri namun juga remaja laki-laki. Para remaja yang
dibiarkan bebas oleh orang tuanya menghasilkan dampak yang sangat negatif.
Berbagai karakter muncul begitu saja setelah remaja terpengaruh dunia luar.
Kalaupun karakter yang muncul semakin positif tentu orang tua akan menjadi
senang. Misalnya anak menjadi mandiri, atau menambah kedewasaan berpikir.
Tapi yang muncul justru
sebaliknya. Kebanyakan para remaja menjadi
lebih bersifat keras, tidak peduli dengan orang tua, pembangkang, dll. Tentu
hal seperti ini yang menjadikan orang tua semakin takut dengan
perubahan-perubahan sifat anaknya. Hingga orang tua harus meningkatkan proteksi
pada putra-putrinya.
Hal yang sangat
kontroversi dengan keinginan anak. Sementara orang tua ingin melindungi anak
dari pengaruh-pengaruh negatif tetapi anak merasa tidak nyaman. Pada umumnya
anak merasa percaya diri dan mampu melindungi diri mereka sendiri. Sehingga
mereka tidak ingin lagi seperti “anak mama” yang ke mana-mana dipantau.
Di sinilah perlunya ada
komunikasi antara orang tua dengan anak. Apa keinginan orang tua dan apa
keinginan anak. Hal yang bisa dibicarakan bersama dan mengambil solusinya.
Sehingga tidak merugikan kepentingan orang tua dan anak.
8
Februari 2013
sy sih paham kekhawatiran org tua krn sy juga seperti itu tp ya sy sadar juga kl terlalu "mengikat" anak gak bagus juga buat mereka.. Baru2 ini sy juga bikin postingan spt itu mbak..
BalasHapushttp://www.kekenaima.com/2013/02/kepercayaan.html
Salam kenal ya :)
Waduuuuh ternuyata kita sehati ya... Terima kasih, Mbak Myra...
HapusSenang berkenalan dengan Anda.