Rindu
Sambal Buatan Emak
Mak,
aku tahu doa yang kau panjatkan padaNya untukku tak kan ada hentinya. Aku
merasakan bahwa di setiap hembusan nafasku dan langkah demi langkah yang
kutempuh teriring ridlamu. Hingga aku rasakan pahit getir dan manisnya kehidupan
juga tak luput atas pantauanmu.
Kau
deraikan air matamu jika ku sakit. Semua yang aku rasakan seakan kau tak mau tertinggal
untuk ikut menanggungnya. Terutama jika aku merasakan kelelahan, seakan denyut
nadimu teraliri apa yang kurasakan, walau kita tak serumah. Ikatan batin kita
ternyata tak akan putus. Sebaliknya, kau sunggingkan senyumanmu jika aku
rasakan kebahagiaan.
Mak,
hari ini masyarakat mengenang akan segala pengorbananmu. Pengorbanan yang tak
kau harapkan imbalannya. Derai air mata dan cucuran peluh saat mengiringi
kedatanganku ke dunia tak kan terbalas. Oleh siapapun dan dengan apapun.
Bagaimana aku harus menanggung sekian banyak hutangku padamu. Walau itu tak kau
anggap sebagai hutang yang harus kubayar.
Setetes
air susumu tak kan mampu jika aku harus mengganti. Walau dengan jutaan kaleng
susu penguat tulang. Tak ada yang kau pinta dariku. Kecuali hanya pintamu kepada
Yang Maha Kuasa untuk selalu menjagaku sampai akhir hayat.
Ada
yang kupinta, Mak… kau tak perlu lagi memandikanku, tak perlu lagi menepu-nepuk
pantatku jika ku tak bisa lelap. Juga tak perlu lagi Emak menyebokiku di tengah
malam jika ku tiba-tiba diare.
Ku
hanya merindukan sambal buatan Emak. Sambal yang emak buatkan dulu kurasakan
sebagai sambal terenak di dunia. Kini emak tak lagi perlu menyiapkan sambal
buatku setiap saat. Emak banyak isitrahat saja. Emak tak perlu bekerja yang
berat. Emak tinggal mengucapkan sepatah maupun beberapa patah kata untuk
meminta. Walau ku tahu kau tak pernah lakukan itu. Kau tak pernah meminta
apapun pada anak-anakmu. Semua keinginanmu hanya terpendam. Yakinlah, Mak…
semua anak-anakmu pasti ingin membahagiakan Emak dan bapak.
Syukurku
tiada henti. Di saat umurku yang juga kian menua, Allah masih mengizinkan
engkau tuk menungguiku. Juga mbakyu-mbakyu, kangmas, dan si ragil. Cucu-cucumu dan
para buyutmu masih bisa merasakan sentuhan lembut kasih sayangmu. Di samping
kasih sayang yang bapak berikan.
Karena
itu kami, anak-anak. Cucu-cucu, dan para buyut hanya bisa mendoakan. Semoga
Emak berbahagia bersama bapak. Masa-masa sulitmu dulu semoga telah terlewatkan
dan terobati di usimu yang kian renta ini. Emak tinggal perbanyak mendekatkan
diri pada Tuhan. Tak perlu mengerjakan yang lain. Karena kami anak-anakmu siap
menggantikan posisi Emak pada zaman kami masih kecil.
Mak,
kami … anak-anakmu… sangat menyayangimu.
Allahummaghfirli
dzunubi wa liwa lidayya warhamhuma kamaa robbayani shoghiro.
Minggiran,
22 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar