Sedang galau? Sedang sakit hati? Sedang
kecewa? Awas!!! Jangan dekat-dekat dengan facebook, twitter, ataupun media sosial
yang lain.
Kenapa, oh kenapa?
Dalam perjalanan waktu, setiap orang
akan mengalami problematika hidup. Ada kalanya susah, ada kalanya mengalami
kebahagiaan. Allah memberikan akal kepada manusia untuk memanage perasaan dan
pikiran dalam menghadapi situasi yang serba kompleks. Inilah yang tidak Allah
berikan kepada makhluk yang lain.
Di saat senang, perasaan akan
aman-aman saja. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan olehNya. Agar apa
yang Allah berikan semakin menjadikan berkah. Hal yang dihindari adalah
mengekspresikan euforia kepada publik. Hingga kadang tak terasa apa yang
diungkapkan dalam media sosial tersebut berwujud “pamer” atau menunjukkan suatu
kelebihan yang didapat.
Ini bisa menjadi bumerang. Tidak semua
orang bisa menerima apa yang diekspresikan dalam media sosial tersebut. Dampaknya
adalah, ada kalanya orang lain mengolok-olok, bahkan melecehkan terhadap ungkapan-ungkapan
ekspresif di media sosial tersebut.
Tetapi di saat hati sedang tidak puas
atas situasi yang didapat, pikiran akan menjadi kacau. Entah karena kecewa,
sakit hati, adanya kemungkinan ingin menjauh dari seseorang, dan lain-lain. Hingga
kadang-kadang seseorang mencari pelampiasan. Sumpah serapah, olok-olok,
menghina, bahkan kata-kata kotor bisa terekspresikan di luar kesadaran. Dengan tujuan
agar orang yang dituju bisa membacanya. Bisa jadi ungkapan-ungkapan ataupun
keluhan-keluhan tersebut ditujukan kepada Allah. Karena hasil yang didapat jauh
melenceng dari apa yang diharapkan.
Media Sosial!!!
Lagi-lagi media sosial. Tempat curhat
yang paling ampuh bagi orang-orang tertantu. Terutama kaum remaja yang kondisi
jiwa dan mentalnya masih labil. Seakan-akan semua apa yang dirasakan dicurahkan
kepada semua orang. Tentu melalui facebook dan twitter.
Ungkapan bunga-bunga cinta terus
mewarnai media sosial (bagi yang lagi jatuh cinta). Begitu pasangan mulai bosan
atau pindah ke lain hati, ungkapan kecewa begitu saja diluncurkan. Caci maki,
cemooh, sakit hati ditujukan kepada pasangan, maupun orang ke -3. Mereka lupa
kalau status-status yang mereka tulis
dibaca banyak orang.
Pepatah mengatakan’ “Bahasa
menunjukkan bangsa.” Demikian juga facebooker ataupun twitters yang suka
melampiaskan amarah, kekecewaan, kegembiraan. Sering kali kita dapatkan
pengguna medsos yang suka berkata-kata
kotor. Hal ini menunjukkan bagaimana kebiasaan pengguna medsos tersebut. Ekspresi
ungkapan-ungkapan “kotor” tersebut menunjukkan kepribadiannya.
Sebaliknya, ada juga pengguna media sosial
yang suka mengeluarkan kata-kata bijak. Yang bisa mengendalikan diri jika
tertimpa masalah. Mereka tidak terpancing oleh “wadah” atau penampung curhat
yang bisa dibaca banyak orang. Mereka sadar, sehingga tidak sembarangan menulis
ketidakpuasan di media sosial.
Di sinilah perlu adanya manajemen
hati dan pikiran. Pengarahan orang tua dan guru terhadap anak-anaknya agar
tidak gegabah dalam meluapkan curahan hati. Karena telah banyak contoh yang
kita dapatkan melalui media massa. Yaitu dipenjarakannya seseorang karena
menulis keluhan-keluhan yang merugikan orang lain. Dengan dibacanya status
keluhan terhadap orang lain, maka orang yang lain pula akan mengetahui permasalahan yang dihadapinya.
Hati-hati! Karena itu, jika tidak bisa
mengendalikan diri di saat sedih atau kecewa, lebih baik tidak membuka facebook,
twitter, atau media yang lainnya.
Berdoa saja, agar selamat dari nafsu
untuk menulis hal-hal yang tidak patut untuk dibaca banyak orang.
Karena jika orang yang dituju tidak
puas, tuntutan bisa segera melayang. Alhasil, si orang-orang ceroboh akan kena
batunya. Masuk penjara!
Nah, siapa mau?
Kediri, 2 September 2014
kalau galau lakukan yang bermanfaat dan menyibukkan diri saja drpd lari ke medsos bikin status ga penting..
BalasHapus