Senin, 03 November 2014

Antologi PuJa ke -30 "MUSTOFA W. HASYIM"



Menulis puisi sejak bergabung Persada Studi Klub Jogjakarta pada 1970-1980. Tiga kumpulan puisinya pernah diterbitkan: Reportase yang Menakutkan, Ki Ageng Miskin, dan Musim Hujan Datang di Hari Jumat. Alamat email: mustofawhasyim@gmail.com
                                                                                    Jawa Pos, 23 September 2012
        Lumut di Sekujur Tubuhmu
Lumut di sekujur tubuhmu
mewartakan nafas alam
dan lautan menyembunyikan
usia di balik senyum dan jernih mata

Lagu segar senantiasa mengurai
dari semua pori-pori rindumu
pada musim kemarau dan hujan sekaligus
sunyi diseretnya, menuju cakrawala
            untuk ditenggelamkan

Lantas muncullah keajaiban itu
sari setiap serat lumutmu
tumbuh sayap-sayap kata
senantiasa berbunga
            setiap diucapkan

Aku terpenjara batu karang
tidak sempat meronta jiwa
hanya berdoa untuk keabadian
air matamu menggenang
            danau jiwa.

           Inilah Kota
Inilah kota, tempat hilang nama
hilang waktu, hilang harga
dan hilang cahaya
selalu ada perjalanan, membelenggu jiwa

Mimpi-mimpi menjadi sepatu,
menjadi tinju, menjadi tarian
menggapai kosong langit, jingga
dan senyap menyergap kata

Anak-anak memecahkan badai
melarikan bayang-bayang
menghimpun janji
membidik cakrawala

Menghilangkan pilu rumah
malam, minum teh jahe
cakar bakar dan segumpal nasi
dongeng dibangunkan dari tidurnya

“Kapan dia pulang dari rumah sakit?”
“Karena sembuh atau parah?”
:Hancur ginjal karena minuman”
“Penambah tenaga, itu soalnya.”

Kampung dan kuburan
tempat ibadah dan bis tua
keran air mengucurkan doa
“Ampunilah kebodohanku ya Tuhan.”

Masih juga kota, siapa membariskan
cita-cita, di persimpangan jalan?
Siapa menghardik kehendak perempuan rapuh
di rapat dinas dan persidangan?

Ini beta
buram
penuh ludah
luka.
2012

      Coba Hempaskan Kenangan
Coba hempaskan kenangan
lewat jendela hotel
menaklukakan percakapan
sempat menjerat sukma

di bawah ada pantai
tanpa pasir membentang langkah
taman dan kursi
kosong dalam hangus siang

siapakah sebenarnya tidak mau pergi
menyongsong angin?
siapakah sebenarnya tidak mau
melanjutkan teka-teki?

wajah diawetkan tetap rapuh
disergap gelisah batas nama
dan retakan janji pertaa
bukan bendera yang menyerah
            tapi sapu tangan luka.
2012

Di Bandar Udara Kudengar Suaramu
Desing mesin, pesawat menyentuh tanah
kembali suci setiap hati, lewat senyum
lepaskan sabuk pengaman dan gerakkan sendimu
mulailah bersuara lembut kepada orang terdekat

Langit yang tadi kau lewati, telah mengatupkan debu
Gumpalan awan digembalakan ke sudut angkasa
Turun tangga dan rasakan hawa berbeda di bawah sana
Taak usah berdebar lagi karena engkau selamat

Dalam perjalanan menuju ruang bagasi
kudengar suaramu, gema jiwamu, naifmu
“Lho, Kak, kita tadi satu pesawat ya?”
“Ya, tadi aku ngantuk sekali, tidak melihat siapa-siapa.”

“Pulang?”
“Saya sudah ditunggu”
“Salam untuk malam yang sunyi.”
“Burung-burung bergabung dengan keluarga.”

Persilangan waktu
sedih dan amarah purba
segera lempar jauh
ke seberang sejarah hidupmu.
2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...