Dia
memang cantik… bersih kulitnya, mancung hidungnya, bagus alisnya, hingga
membuat gemas yang melihatnya. Sebut saja dia si Gendhuk.
Sore
itu Gendhuk waktunya mandi. Tapi dia sulit sekali dibangunkan. Ditunggu-tunggu
hingga hampir jam tiga sore dia belum bangun juga. Akhirnya dia diangkat oleh
ibunya untuk mandi. Karena emak yang biasa bantu-bantu juga waktunya pulang.
Begitu
diangkat, Gendhuk belum bisa membuka matanya,. Maka dalam keadaan mata
terpejam, terpaksa si ibu memandikannya. Mengusapnya dengan air, menyabuninya,
hingga memasukkannya dalam bak mandinya. Gendhuk masih saja terpejam. Aku begitu
heran melihatnya. Tidak seperti biasanya, saat mandi dia pasti membuka matanya.
Bahkan setiap diangkat dari bak mandinya, dia selalu menangis. Karena dia hobi
mandi rupanya.
Karena
terheran-heran dengan ketidakbiasaannya, kucoba memeriksa keadaannya. Kupegang perutnya
yang tampak membesar dan keras. Tapi kuabaikan saja. Mungkin dia dalam keadaan
kenyang, pikirku. Padahal sebenarnya aku juga berpikir tentang kemungkinan dia
masuk angin. Betapa tidak, ibunya memasang kipas angin terus-menerus, belum
lagi si Gendhuk tidur di dekat pintu jendela kamar yang tentu saja anginnya
juga lumayan keras menerpa kepala si Gendhuk.
Baru
berpikir tentang hal tersebut, tiba-tiba si ibu yang sedang memandikan Gendhuk
tertawa lepas. Segera aku menengoknya. Ternyata Gendhuk buang angin di dalam
air sambil mengeluarkan isinya. Belum selesai si ibu tertawa Gendhuk mengulang
kembali aksinya. Jadi bak mandinya tercampur dengan kotorannya sendiri. Ini pun
Gendhuk masih dalam keadaan tertidur. Suara tawa beberapa orang yang
mengellilinginya tak membuat Gendhuk terbangun. Gendhuk diangkat dan dibalut
dengan handuk karena air di bak harus diganti dengan yang baru. Begitu berbalut
handuk, Gendhuk mengulanginya lagi. Alhasil handuknya juga jadi sasaran tempat
kotorannya. Haduh, Gendhuk… Gendhuk… kami semua tak dapat menghentikan tertawa.
Gendhuk tetap tertidur.
Ini yang
membuatku semakin heran. Ada yang kukhawatirkan. Kenapa dia terpejam terus. Jangan-jangan
ada yang tidak beres dengan kesehatannya, dengan matanya. Ah… perasaan yang tak
baik segera kutepis. Begitu selesai mandi, segera dipakaikanlah baju Gendhuk. Saat
proses berbaju itulah Gendhuk baru membuka mata lebar. Haduh, lega… ternyata
Gendhuk taka pa-apa. Mungkin justru Gendhuk telah lega bisa buang angin dan kotorannya.
Hingga perutnya terasa enteng.
Gendhuk…
Gendhuk… dialah si bayi yang baru berumur dua minggu.
Mgr, 4 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar