Minggu, 31 Maret 2013

Dedi Corbuzer Takluk dengan Penari Seribu Ekspresi



Tidak mudah seorang Dedi memberikan pujian bagi orang lain. Dia seorang yang idealis dengan segala kriteria dalam menentukan dan menilai suatu karya. Dalam arti dia akan menilai bagus jika apa yang dilihat dan dirasakan betul-betul bagus dan sempurna. Karena Dedi harus memberikan komentar setiap minggunya sebagai juri di ajang Indonesia Mencari Bakat (IMB),  yang ditayangkan di Trans TV.

Setelah menyimak dari minggu ke minggu, akhirnya seorang Dedi takluk dengan penampilan Sandrina yang semakin memesona. Sandrina bocah ajaib yang cantik dan punya daya tarik tersendiri selama menari di pentas. Meskipun pelit berbicara namun dia memuaskan juri dengan menerima tantangan menari yang sulit. Hingga juri Adi MS pun memberikan gelar padanya dengan sebutan “Penari Seribu Ekspresi”.

Jika yang memberikan pujian seorang Adi MS, Sahrini, Dewi Gita, Titi Rajung Bintang, dan lain-lain tidak masalah. Karena mereka memang tidak pelit pujian. Apalagi yang dikomentari seorang bocah yang sedang mengeksplor bakatnya. Sandrina memang piawai bermain karakter dalam mimiknya juga gerakan tubuh yang totalitas membuat dewan juri semakin banyak tersenyum.

Dalam dua hari (Sabtu dan Minggu) akhir Maret ini, Dedi yang terkenal galak pun akhirnya bisa standing aplaus. Dedi banyak tersenyum. Dia menyebut Sandrina tidak perlu dikomentari lagi karena sudah layak sebagai penari internasional. Sebaliknya Soimah tidak terima dengan ungkapan Dedi, karena Soimah menginginkan Sandrina menjadi seorang penari yang lebih sempurna dan sempurna lagi. Karena bakat Sandrina memang masih bisa diasah terus.

Sandrina pelit bicara namun cerdas dalam menangkap pelajaran tari yang dibebankan padanya. Dalam seminggu dia bisa menghafal enam tari yang ditampilkan tiap hari Sabtu dan Minggu. Padahal banyak penari profesional yang mempersiapkan sebuah pementasan satu tarian dengan berlatih terlebih dahulu dalam waktu mingguan bahkan bulanan.

Tidak hanya cerdas menangkap pelajaran tari. Sandrina juga semakin bisa  bermain watak dalam cerita yang disampaikan lewat tari. Contohnya penampilan dia sebagai nenek-nenek yang membuat Dedi tertawa dan tepuk tangan sambil berdiri. Sandrina cukup apik membawakan tari nenek-nenek yang lucu. Belum lagi tarian yang dibawakan pada malam ini, tiga tarian yang membuat ketiga juri (Titi, Dedi, Soimah) tercengang. Kali ini Soimah pun “menyerah” dengan ungkapan bahwa Sandrina “sempurna” .

Entah karena banyak sanjungan atau memang kesadaran masyarakat untuk mendukung Sandrina hingga Sandrina mendapat SMS lebih banyak dari pada Josua. Sehingga minimal masih ada kesempatan dua minggu untuk Sandrina tampil di IMB. Karena minggu depan Josua harus beradu dengan Vina Candrawati untuk memberikan penampilan terbaik mereka. Siapapun yang menang, baik Josua atau Vina di minggu depan baru akan beradu dengan Sandrina di minggu berikutnya lagi.

Kalau dilogika memang seharusnya Indonesia harus memenangkan Sandrina. Sandrina betul-betul mengangkat seni dan budaya Indonesia. Tidak banyak yang bisa seni tari, apalagi usia anak-anak. Profesionalitas Sandrina sebagai penari sungguh membanggakan, tidak hanya untuk warga Bogor. Namun untuk Indonesia. 

Sedangkan Josua sebenarnya juga penyanyi anak-anak yang sangat bagus dan berbakat. Namun untuk profesi penyanyi cukup banyak yang bisa melakukannya. Sehingga bakat yang dimiliki Josua memang banyak yang menekuni.

Sedangkan Sandrina, berawal dari menari tradisional hingga saat ini tariannya sudah meluas dipadu dengan kolaborasi tarian-tarian yang modern. Sehingga bisa dikatakan bahwa dia adalah penari bocah yang masih langka.

Kita tunggu hasilnya. Siapakah yang menjadi pemenang Indonesia Mencari Bakat di Trans TV ini.

Akhir Maret 2013

Jumat, 29 Maret 2013

Menyiasati HARPITNAS

Sabtu Harpitnas. Sudah tidak asing lagi bagi para pegawai kantoran maupun pelajar. HARPITNAS adalah sebuah istilah dari singkatan lelucon yang dibuat oleh para pelajar. Yach, Hari Kejepit Nasional. Hari masuk kerja atau sekolah pada satu hari di antara hari-hari efektif. Umumnya pada hari Sabtu setelah hari Jumat libur nasional. 

Tidak masalah pagi para pegawai kantor yang memang libur di hari Sabtu dan Minggu. Sehingga sewaktu Jumat ada hari libur nasional, mereka seakan mempunyai anugerah bisa berlibur selama tiga hari berturut-turut. Kadang hal seperti ini dimanfaatkan untuk membuat momen keluarga. Jauh-jauh hari telah mengintip kalender dan membuat rencana khusus untuk keluarga di hari keberuntungan ini. Sampai-sampai mengorbankan anak-anak untuk bolos sekolah. Dengan berbagai alasan yang dibuat ke sekolah, anak akan merasa asik-asik saja. Karena akan berlibur bersama keluarga. Tentu hal yang sangat menyenangkan.

Tidak demikian dengan para pegawai yang tidak libur di hari Sabtu. Atau masuk enam hari kerja. Justru ada hari libur nasional di hari Jumat akan membuat malas berangkat kerja di keesokan harinya. Karena belum puas libur satu hari, kerja lagi, libur lagi, dan kerja lagi di hari Senin. Hal yang dirasakan oleh pegawai ini ternyata juga dirasakan oleh anak-anak sekolah.

Untuk menyiasati kekomplitan jumlah pegawai, ada perkantoran yang membuat kebijakan sendiri. Yaitu tetap masuk pada hari Jumat (untuk pegawai yang tidak merayakan hari besar agama tertentu) meskipun hari Jumat libur. Sehingga pada hari Sabtu bisa berlibur selama dua hari. Tujuannnya adalah:

1.      Bisa menyatukan hari libur dua hari yang seharusnya terpisah (Jumat dan Minggu) menjadi Sabtu dan Minggu. Sehingga bisa bepergian atau menikmati libur di rumah yang agak panjang.
2.      Menghindari bolos kerja. Karena rata-rata setelah hari Jumat libur, pada hari Sabtu akan malas masuk kerja lagi. Apalagi ada acara khusus, baik acara kantor maupun acara keluarga.

Hal seperti di atas tidak  hanya berlaku untuk para pegawai. Para pelajar pun bisa melakukan hal yang sama. Jika mengenang masa-masa sekolah, tentu kita akan merasakan betapa capainya bersekolah. Setiap enam hari dalam seminggu dipaksa untuk menerima sekian banyak menu pelajaran. Tak heran jika mereka merasakan capai otak, capai fisik yang membuat “penyakit bosan” akan selalu melanda para pelajar. Meskipun tidak semua pelajar mempunyai karakter yang sama, kebanyakan pelajar akan mencari celah-celah untuk lepas dari rutinitas sekolah. Maka bisa dimaklumi jika ada libur sekolah adalah surga dunia bagi para pelajar.

Sama dengan pegawai, maka pihak sekolah juga seharusnya mempunyai siasat. Misalnya, sekolah mengadakan ulangan bersama pada hari Sabtu (harpitnas). Sehingga para pelajar tidak bisa bolos sekolah pada hari tersebut. Pelajar akan takut tidak mempunyai nilai untuk pengisian rapor. Pelajar akan semangat masuk sekolah kembali meskipun dengan keadaan yang terpaksa.

Selamat harpitnas… bagi yang sengaja menjepitkan hari ini sebagai hari libur nasional ala pribadi.
:) :) :)

30 Maret 2013

Maafkan Saya, Pembaca ...



Begitu saya bangun dari tidur siang, suami saya memanggil untuk menglarifikasi artikel terakhir saya di Blogger dan Kompasiana. Dia agak risau dengan isi tulisan saya. Suami saya berharap untuk berhati-hati dalam menulis untuk publik. Karena masyarakat sekarang sedang rentan atau sensitif dengan segala permasalahan dan situasi yang sedang terjadi.

Saya pikir memang benar. Saya terlalu berani menulis “judul terakhir”. Untuk itu saya mohon maaf kepada para Pembaca Blogger, Facebook, maupun Twitter bila saya terlalu nyerempet-nyerempet ke permasalahan yang sensitif.

Saya juga sengaja tidak koment balik dengan koment-koment yang para pembaca sampaikan. 

Sekali lagi saya mohon maaf kepada para pembaca bila tulisan saya tidak berkenan di hati para pembaca.

Salam…

29 Maret 2013

Kamis, 28 Maret 2013

Bila Preman Dijadikan Profesi Elit



Mendengar istilahnya saja membuat orang takut. “Preman”, adalah sebutan untuk penjahat, misalnya: penodong, perampok, penjambret, pembunuh, dan lain-lain yang berbau kejahatan. Jelas kata preman adalah perbuatan yang tidak disukai atau membuat masyarakat minggir untuk menghindari.

Preman bisa berada di mana-mana. Preman juga bisa berlaku bagi siapa saja. Terutama orang-orang yang tidak punya pekerjaan (bukan berarti semua tunakarya menjadi preman). Karena jalan pintas yang diambil serasa lebih cepat untuk memperoleh penghasilan. Mereka tidak lagi memikirkan apa itu “dosa’. Yang penting bisa mencukupi kebutuhan perut hingga kenyang. Juga keperluan hidup lain yang masih dalam antrian panjangnya. Yach… cukup! 

Cukup untuk mengenyangkan perut, cukup membeli pakaian, cukup untuk membuat rumah, cukup menghidupi anak dan istri, bahkan cukup untuk membeli mobil, dan lain-lain. Untuk mencukupkan inilah mereka harus berbuat yang merugikan orang lain. Dengan merugikan secara materi saja membuat orang lain sangat tidak suka dengan keberadaannya. Apalagi dengan merugikan nyawa orang lain. Tentu hukuman berat yang diminta oleh para korbannya. 

Preman saat ini bisa dikatakan sebagai profesi elit. Profesi yang bisa disewa atau dikontrak oleh orang-orang berduit.  Bisa dibayangkan berapa bayaran para preman sewaan. Pasti tidak sedikit. Karena profesi mereka punya resiko yang tinggi. Mereka yang pemberani, bisa bertugas sebagai satpam atau body guard, tukang tagih hutang, tukang pukul, tukang keroyok, bahkan tukang bunuh.

Seperti yang baru-baru ini terjadi. Preman sewaan cukup punya nyali untuk melakukan pembunuhan terhadap seorang “angkatan”. Sepandai-pandai menyimpan barang busuk, akhirnya keempat preman pembunuh tertangkap dan dipenjara. Belum cukup sampai di sini, ternyata  rentetan panjang kejadian demi kejadian semakin menyulut api dendam. Entah siapa yang melakukan, akhirnya pelaku pembunuhan atau preman pemberani tadi dibunuh juga dalam penjara.

Inilah resiko. Preman bayaran akhirnya terbunuh. Tentu keluarganya juga sedih. Setiap orang pasti akan merasa kehilangan anggota keluarganya, meskipun sebejat atau seburuk apapun perilaku seseorang. Demikian juga keluarga para preman tersebut. Tentu saja mereka tahu profesi sebenarnya suami, anak, kakak, adik, atau ayah yang seorang preman. Mereka juga tahu resiko profesi tersebut. Di saat masih eksis, para preman berpenghasilan sangat cukup. Keluarganya juga cukup senang meskipun kesenangan mereka membuat orang lain menderita. Mereka bisa bahagia di atas penderitaan orang lain. Mereka bisa bahagia dengan merugikan orang lain. Sungguh penghasilan yang tidak halal. Namun mereka mengenyampingkan halal dan tidaknya rizki.

Bila para preman telah tertangkap apalagi tinggal jasadnya yang pulang, keluarganya tinggal menyesali nasibnya. Kenapa tidak dari awal mereka mengajak suami, anak, kakak, adik, atau ayah yang seorang preman kembali ke jalan yang benar. Yaitu mencari penghidupan dengan cara yang halal. Dengan demikian, bisakah keluarganya menuntut keadilan tentang pembunuhan yang terjadi pada para preman? Preman yang selama ini telah meresahkan masyarakat? Preman yang disewa oleh orang-orang yang banyak duit. Kemudian untuk apa orang-orang kaya menyewa preman? Tentu saja untuk hal-hal yang negatif.

29 Maret 2013

Rabu, 27 Maret 2013

Hitam Putihnya Eyang Subur



 Perseteruan Adi Bing Slamet versus kubu Eyang Subur tetap berjalan. Adi dengan kawan-kawannya yang semakin sengit membeberkan fakta-fakta tentang kehitaman Eyang Subur semakin membakar api permusuhan. Adi Bing Slamet yang telah lama menjadi penganut Eyang Subur angkat bicara tentang kerugian-kerugiannya selama menjadi penganutnya. Hingga masyarakat yang tak tahu apa-apa akhirnya bergejolak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara pihak “putih”nya Eyang Subur pun tak kalah panasnya meluruskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Pihak putih yang rata-rata terdiri atas personil pelawak membantah apa yang disampaikan oleh Adi. Mereka tidak merasakan ada yang janggal. Sholat lima waktu tetap mereka tegakkan, bersama sedekah dan amalan-amalan yang lain. Sedangkan Eyang Subur yang masih “bersembuyi” menyerahkan masalahnya kepada pengacaranya. 

Terlepas dari benar dan tidaknya ajaran yang “sesat” tersebut, masyarakat pun sebenarnya bisa menilai. Kenapa banyak artis yang tergoda untuk mencari perantara dalam beribadah. Perantara untuk memohon sesuatu kepada tuhannya. Bukankah semua manusia mempunyai Tuhan. Apapun agamanya pasti punya Tuhan tempat meminta. Sehingga jika manusia yakin akan keberadaan tuhannya, tentu tidak perlu lagi menggunakan perantara. Baik itu paranormal, dukun, atau yang sejenisnya.

Juga, kenapa Adi baru sekarang membuka  kedok sang Eyang jika memang itu salah menurutnya. Padahal dia sudah lama menjadi pengikutnya. Ajaran-ajaran yang menurutnya salah, kenapa tidak saat itu juga ditinggalkan? Atau mungkin juga Adi masih mencari kawan untuk mengungkap hal yang sebenarnya. Sedangkan apa yang dibeberkan Adi ke masyarakat ternyata dibantah oleh kubu Eyang Subur, bahwa  apa yang dilakukan mereka bersama Eyang Subur tidak ada yang menyalahi aturan.

Lain lagi dengan tanggapan paranormal. Rata-rata paranormal mengemukakan bahwa dalam budaya Kejawen (Jawa) itu bermacam-macam. Apa yang dilakukan oleh Eyang Subur syah-syah saja. Karena “nglakoni” ritual dalam budaya Jawa memang tidak dianjurkan oleh agama. Tapi ada yang menyebutkan tidak dilarang oleh agama (kata paranormal tertentu). Seperti: bisu (tidak berbicara), ngadeg (berdiri terus), berjalan mundur, ngedan (berlaku menjadi orang gila), dan lain-lain.

Hal seperti ini pasti akan menjadi kontroversi antara adat, budaya, dan agama. Semua saling membenarkan pendirian masing-masing. Tetapi jika dilihat dari kaca mata agama (Islam), pasti merupakan hal yang tidak dibenarkan. Karena tidak ada tuntunan dalam Qur’an maupun Hadits.

28 Maret 2013

Ada Apa Hujan? (Contoh teks 100 kata)

Konten             : Teks Informasi Konteks           : Sosial   Ada Apa Hujan? Musim hujan telah tiba. Terkadang di suatu daerah hu...