Antologi
Pusi Jawa Pos VII
RIZA MULTAZAM LUTHFY
Lahir di Bojonegoro, 9 November
1986. Puisi-puisinya bertebaran di berbagai media, juga dalam antologi Karena Aku Tak Lahir dari Batu (2011)
dan Kutukan Negeri Rantau (2011). Ia
ahlul ma’had Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Sedang melanjutkan studi di
program magister hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Jawa Pos, 15 Januari 2012
Katakan,
Bulan
lekas katakan
bahwa cahaya
yang bergelantungan
di lehermu itu tiruan
Yogyakarta, 2011
Aku
Menemukan Bulan
tengkurap di bibir selokan
Yogyakarta, 2011
Gembel
memang susah hidup begini
diam, gerak, pantas dicurigai
nemu rejeki dikira mencuri
obral puisi diciduk polisi
lebih enak pemburu mimpi;
muda bisa mandiri
tua terbesar hati
mati gali kubur sendiri
Jakarta, 2010
Satu
yang kupunya
kau punya sinar
ku tak
kau punya besar
ku tak
kau punya dengar
ku tak
kau punya lebar
ku tak
kau punya kejar
ku tak
kau punya tegar
ku tak
kau punya kekar
ku tak
kau punya pintar
ku tak
kau punya segar
ku tak
kau punya tenar
ku tak
namun,
kupunya benar
ku tak
Malang, 2008
Indonesia
memang benar kata Eyang Uti
negeri kita ini: gemah ripah loh jinawi
bertanah subur setengah mati
bayangkan!
jika kautancapkan
pohon singkong kelak kau ketam
makanya, jangan terlalu
menyalahkan
bila banyak orang punya hobi
menanam
juga tak usah heran
bila tetangga bilang:
“tanam aham, timbul penipuan
tanam pajak, muncul penggelapan
tanam hutan, lahirlah pembalakan
tanam
uang, jadi PNS gadungan”
karena itu, mulai sekarang kita
berjanji:
melestarikan kebiasaan ini
sepenuh hati
melaksanakannya hingga akhir
hayat nanti
syukur-syukur bisa mewariskan
tata caranya
kepada anak-turun tercinta
Yogyakarta, 2011
Teroris
Sejati
tahun 2009 Paman Joni
tertangkap di luar negeri
dengan wajah awut-awutan
bulu kumis lumayan panjang
memakai celana warisan Mbah Ujang
penduduk kampung heran
kenapa paman terlibat aksi
perampokan,
pemerkosaan, juga pengeboman di
sana-sini
padahal ia dikenal sebagai
pengangguran
yang baiknya setengah mati
saat diiterogasi, jawabnya
sederhana sekali:
“aku cuma balas dendam kepada
puisi
berbulan-bulan ia lupa memberiku
nasi”
karena kesalahan terbukti
hakim menjatuhkan hukuman mati
paman begitu stress, ia ingin
bunuh diri
tapi ia sadar, buat apa nyawa
dihabisi
lha
wong sebentar
lagi kepalanya ditembak polisi
TV memberitakan
bahwa setiap malam LP Sikutang
kebanjiran keringat dan air mata
setelah diusut, ternyata itu ulah
paman
yang ingin menjalankan taubat
menyesali dosa sewaktu di dunia
kehadiran paman menimbulkan
suasana seru
para napi disibukkan dengan kerja
baru:
sambil terharu, mereka kumpulkan
cairan tubuh paman itu
memasukkannya dalam kuali, lalu
menaruhkannya dalam lemari
awalnya ada napi sakit gigi
yang iseng meminumnya
di luar dugaan, belum sehari
penyakit kabur dan tak mau
kembali
berbondong-bondonglah napi ingin
menenggaknya
meneguk berbotol-botol hingga
buncit perutnya
juga memoleskan ke gatal yang
sudah lama dipelihara
luar biasa, segala penderitaan
lenyap seketika
ketika masa eksekusi tiba
paman ditangisi seluruh penghuni
penjara
mereka segera kehilangan tokoh
yang selama ini dipuja
disebut-sebut nama serta segenap
jasanya
paman keluar dari sel dengan
wajah tenang
spanduk-spanduk mengucapkan:
“Hidup pejuang! Hidup pejuang!
Selamat menempuh kehidupan
Yang lebih dari kenyataan”
saat itu, aku masih ingat
sebelum berubah mayat
paman memeluk bokong emak begitu
erat
Yogyakarta, 2011
Jilbab
membungkus aurat
meredam syahwat
menunda kiamat
sekaligus menahan
otak pacarmu dari maksiat
dan berpikir bejat
Malang, 2010
Ayu Ting Ting
akhir-akhir ini
nama adik melambung tinggi
ia didaulat sebagai penyanyi
bersuara merdu nan seksi
tanpa menyuguhkan ngebornya
penggemar sudah ngiler dibuatnya
saban hari
jutaan orang menaruh hati
mereka tergiur penampilannya
bokong asli Indonesia
tapi tampang berbau Korea
guna mengunyah mimpi
sementara, kuliah dipaksa
berhenti
alasannya sukar ditolak logika:
“kampus urung mengantar mahasiswa
menjadi tokoh berguna bagi negara
paling-paling cuma pengangguran
ternama
atau
pejabat yang susah dipercaya”
hingga puisi ini tercipta
aku masih turut berbangga
sebab tarif adik makin menggila
beratus lipat dari gaji paman
yang berstatus buruh pendidikan
(nasib
pantas dipertanyakan
13
bulan menunaikan persyaratan
janji sertifikasi
belum juga diturunkan)
Adikku sayang
popularitas bisaskau perjuangkan
rupiah boleh kau kejar
mati-matian
asal waktu sembahyang kau
pelihara
firman Tuhan senantiasa kau baca
kehormatan orang tua tetap kau
jaga
Yogyakarta, 2011
Minggiran, 27 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar