Lahir di Banyuwangi, 7 April 1970. Wartawan
Jawa Pos. Pegiat sastra Watubuncul Banyuwangi. Buku puisinya Jaran Goyang (2009)dan Haiku Sunrise of Java (2011). Pintu
silaturahim: udi@jawapos.co.id.
Jawa Pos, 10 Juni 2012
Kisah Purba
Gerimis
berebut menyambutku
Datang
pergi
berganti-ganti
Kaki
ini terus mengayun tak mau
kompromi
Akhirnya
hujan pergi juga
Tinggalkan
sisa di
Balok-balok
batu yang menata diri jadi
lantai
Di
tengah lapangan mataku dikepung
Belgia
purba
Amis
darah haus kuasa
Memancar
dari dinding-dinding sejarah
Brussel, 15(v)2012
Puisi Terkubur
Di
jalanan Frankfrut sampai Dusserdolf
Puisiku
terkubur
Jerman, 16(v)2012
Interlaken
Empat
musim
Datang
dan pergi
Mengukir
relief
Di
punggung gunung
Yang
membujur kaku
Dari
kaki sampai parasmu
Pucuk-pucuk
pinus
Melambai
sepanjang hari
Membimbingmu
menari
Di
atas danau Brienzersee
dan
Thunersee
Hatiku
pun jatuh
Dalam
pelukan Interlaken
Interlaken, 18(v)2012
Membelah Amsterdam
Tak
jenuh ia mengalir
Membelah
kota Amsterdam
Ia
terus mengallir
Manjakan
mata rasa
Ia
terus mengalir
Tak
kenal cuaca
Tak
kenal lelah ia
Membasuh
daki
Tembok
sejarah
Amsterdam, 13(v)2012
Sal Putih
Sulaman
salju melingkari
Leher
gunung cadas Engelberg
Seperti
sal putih
Melindungi
jenjang leher gadis-gadis
Luzern
Dari
sapuan angin
Yang
datang lebih pagi
Sebelum
merekah matahari
Pucuk-pucuk
pinus
Melambai
dan bergoyang
Kibaskan
sisa-sisa salju
Dari
kujur Engelberg
Luzern, 17(v)2012
Aku Datang Tepat Waktu
Aku
datang ketika musim salju baru saja pergi
Ketika
daun-daun mulai semi
Ketika
angin hembuskan sepoi
Ketika
matahari melintas setengah hati
Venlo
kembali bergairah
Menebar
putiksari di kuncup-kuncup tulip
Aku
pun bisa pulang dengan hati lapang
Membawa
setangkup senyum terindah
Venio
Venio, 12(v)2012
Volendam
Kapal-kapal
sandar
Meringkas
layar
Tubuhnya
bergoyang
Diayun
gemercik ombak
Burung-pelikan
burung belibis burung camar
Berebut
dengan pengunjung mencium
bibir
Volendam
Pengunjung
datang pergi uapkan aneka
parfum
Amis
pergi tinggalkan pantai
Ditemani
segelas bir
Pengunjung
bakar diri dalam bara sinar
matahari
Volendam, 13(v)2012
Sulaman Puisi Pantai Venezia
Kapal
kayu menimangku
Menyusuri
kebisuan semenanjung Venezia
Burung
camar lalu-lalang
Di
atas kapal yang hilir-mudikkan hasrat
Penumpang
mengeja pahatan sejarah
kota
tua
Di
dinding-dinding rumah dan gereja
purba
Dalam
gemericik ombak
Dari
bibir pantai
Lamat-lamat
kudengar
Pelacur
jajakan birahi
Dalam
sulaman puisi
Seekor
camar tengger
Di
pucuk tiang palka
Bacakan
lembaran kisah yang
tertulis
dengan merah darah pelacur
nestapa
Venezia, 20(v)2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar