رَشَدًا أَمْرِنَا مِنْ لَنَا وَهَيِّئْ رَحْمَةً لَدُنْكَ مِنْ آتِنَا رَبَّنَا
فَقَالُوا الْكَهْفِ إِلَى الْفِتْيَةُ أَوَى إِذْ
Artinya: (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari
tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami,
berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”
Yang dimaksud para pemuda dalam
surat tersebut adalah Ashabul kahfi. Yaitu sebutan bagi sekelompok pemuda di zaman dahulu
yang dengan tegas dan gagah berani dalam menentang kesewenang-wenangan penguasa
terutama dalam penolakan mereka terhadap pemusrikan yang dilakukan oleh raja
mereka. Hingga akhirnya mereka bersembunyi di gua, yaitu di kaki gunung Kahfi.
Hal ini menunjukkan bagaimana tegarnya, bagaimana kuatnya iman sekelompok
pemuda tersebut.
Problematika remaja saat ini sangatlah
kompleks. Dalam kondisi sedang labil, remaja banyak mengikuti tren-tren impor.
Remaja banyak mengidolakan tokoh-tokoh luar negeri. Demikian juga masalah
pergaulan maupun bermode, lebih suka berkiblat pada aris-artis luar negeri.
Misalnya Korea. Di situ banyak tumbuh artis berkulit putih, berbusana you can see, dengan rambut
warna-warninya. Padahal kita sebenarnya tahu bahwa cara dan gaya mereka dalam
berpenampilan adalah tidak patut ditiru. Sangat tidak islami. Tapi kenapa
banyak remaja yang malu untuk menghindar dari budaya modern ini?
Kita adalah remaja muslim Indonesia.
Yang punya kepribadian, yang punya keimanan, sebagaimana yang telah ditanamkan
orang tua sejak kita masih kecil. Demikian juga masalah kemandirian, para
pemuda sekarang cenderung manja. Kurang berani dalam menentang budaya-budaya
luar yang penuh mudlarat. Sebagaimana yang Ashabul Kahfi lakukan. Jika Ashabul
berani menolak kemusrikan, kenapa remaja saat ini justru malah mengikuti tren
kemusrikan tersebut?
Untuk
menghindari hal-hal yang bersifat negatif, sebenarnya kita telah punya
penangkalnya. Yakni berpegang teguh pada agama. Kita banyak belajar dari guru
maupun alim ulama, tentang berbagai ajaran yang benar. Sehingga kita bisa menerapkan ajaran Islam tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Yang selalu menitikberatkan pada gerakan moral,
intelektual, dan ilmu pengetahuan, serta pembinaan kesadaran beragama. Inilah landasan
hidup beretika dalam bermasyarakat. Hal ini juga pernah dilakukan oleh
Rosulullah beserta para sahabatnya yang mampu merubah sisi negatif perkembangan
masyarakat pada masa itu menjadi lebih modern yang islami. Sebagaimana disebutkan
dalam surat Al-Ahzab : 21.
كَثيراً اللهَ كَرَ ذَوَ الْآخِرَ الْيَوْمَ وَ اللهَ يَرْجُوا كانَ لِمَنْ حَسَنَةٌ
أُسْوَةٌ اللهِ رَسُولِ في لَكُمْ كانَ لَقَدْ
Artinya:
Sesungguhnya di dalam diri Rosulullah itu
terdapat teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.
Nabi Muhammad saw lah trenseter yang
sebenarnya harus kita anut. Karena beliau telah membawa peradapan zaman
jahiliah menjadi zaman kemodernan yang islami pada saat itu. Dengan mencontoh keberanian
Ashabul Kahfi maupun rosulullah, maka kita sebagai remaja islam akan menjadi
pelopor penangkal budaya negatif.
Dari apa yang telah teruraikan di
atas, bisa ditarik suatu simpulan bahwa kita hidup di era modern yang tak lepas
dari pengaruh-pengaruh budaya luar negeri. Untuk menangkal budaya-budaya yang
tidak islami tersebut, kita banyak mendalami agama. Karena agama merupakan
tameng dalam memfilter budaya asing. Terutama dalam keberanian menolak ajaran
maupun budaya yang tidak islami. Sebagaimana yang rosulullah dan Ashabul Kahfi
contohkan.
Kita
semua tentu berharap bahwa sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya kita
mempunyai prinsip layaknya yang dimiliki oleh Ashabul Kahfi. Yang berani
mengatakan yang hak adalah hak dan yang batil adalah batil, tanpa melupakan
etika dan tata krama di hadapan penguasa.
Apabila
remaja muslim bisa menerapkan hal itu, maka insya Allah negara Indonesia kelak
akan menjadi negara yang adil dan makmur. Tidak ada korupsi, tidak ada
penyelewengan-penyelewengan kekuasaan, dan lain-lain.
Karena
itu marilah kita perbanyak dzikir dan ibadah lainnya sejak sekarang. Apalagi
apabila kita sedang mendapat sebuah permasalahan yang tidak mendapatkan jalan
keluar, sebab dengan berdzikir akan mendatangkan ketenangan jiwa kita. Insya
Allah.
(Disampaikan oleh Sofi kelas VII MTs. Arrahmah, dalam rangka
MSQ atau Musabaqoh Syarhil Qur’an, bersama qori’: Alvin, dan penerjemah: Ikrima
Salisa. Mendapatkan juara 2)
17 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar