Penghijauan
atau reboisasi merupakan kegiatan yang tak bisa dilupakan oleh penghuni bumi
ini. Karena kehidupan manusia sangat bergantung pada alam yang hijau. Sehingga
reboisasi yang merupakan kegiatan penanaman kembali pohon-pohon pada hutan yang
gundul perlu digalakkan.
Saat
ini banyak hutan yang rusak akibat illegal
loging. Namun bukan berarti perusakan hutan hanya dilakukan oleh illegal loging tersebut. Yang legal pun
bisa membuat semakin habisnya hutan di Indonesia. Meskipun mendapat izin dari
pemerintah, apabila penebangan secara terus-menerus dilakukan akan membuat
hutan semakin habis. Karena pengambilan kayu-kayu hutan tidak diimbangi dengan
penanamannya kembali. Menebang satu pohon memerlukan waktu tidak sampai satu
hari, tetapi untuk membesarkan pohon perlu waktu puluhan tahun.
Padahal
manusia semakin memerlukan oksigen dari hutan. Hutan juga sebagai tempat
penyimpan air di bawahnya. Apabila keadaan hutan semakin gundul maka hutan pun semakin
prihatin karena semakin berkurangnya akar-akar pohon yang menancap di bumi
Indonesia. Dari mana manusia Indonesia bisa mendapatkan udara bersih, kalau
tidak dari hutan yang subur. Karena itulah hutan dapat dikatakan sebagai
paru-paru dunia. Tidak hanya oksigen, hutan juga sebagai penyedia air bersih
dan kepentingan-kepentingan lain untuk segala makhluk hidup.
Adapun
dampak jika hutan semakin habis, antara lain air hujan tidak bisa terserap ke
dalam tanah karena tidak ada akar-akar kuat yang mengikat. Sehingga air hanya
berlalu begitu saja menuju tempat yang lebih rendah. Jika sudah demikian maka
tanah akan mudah erosi. Sehingga pohon-pohon yang tersisa akan ikut hilang
terbawa erosi.
Karena itu perlu adanya solusi. Yaitu dengan
menyadarkan masyarakat akan pentingnya arti hutan untuk hidup. Memberikan
penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat. Bisa dimulai dengan pendidikan lingkungan
hidup sejak Taman Kanak-Kanak.
Penanaman pendidikan lingkungan kepada anak kecil
justru akan lebih diingat oleh anak. Apalagi pendidikan itu disertai dengan
contoh langsung. Usia anak-anak ini membuat mereka kritis dengan lingkungannya.
Anak-anak akan memrotes terhadap apa yang tidak sesuai dengan yang diajarkan
pada mereka. Sehingga jika penghijauan selalu disampaikan kepada anak, maka
saat dewasa nanti anak akan mencintai
penghijauan dan akan melestarikannya.
Demikian seterusnya jika pendidikan tentang
lingkungan ini dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, maka para siswa pun
akan senang melakukannya. Tidak jenuh dengan materi pelajaran saja. Siswa
dibiasakan berkegiatan di lapangan dengan reboisasi di wilayah yang dekat
dengan sekolah atau madrasah.
Selain di sekolah, pendidikan juga bisa diberikan melalui
organisasi-organisasi sosial. Misalnya: Pramuka, OSIS, Karang Taruna, Pemuda
Masjid, dan lain-lain.
Salah satu program yang bisa disampaikan kepada
masyarakat adalah program Satu Jiwa Satu Pohon. Yaitu setiap satu jiwa
menyumbangkan satu pohon untuk Indonesia. Bila setiap siswa menyumbangkan satu
pohon, maka setiap sekolah akan menyumbangkan sekian banyak bibit pohon yang
bisa tumbuh besar. Demikian juga, misalnya dalam jamaah masjid. Misalnya per
jamah menyumbangkan satu bibit pohon, maka semakin banyak yang terkumpulkan.
Tidak sulit dan tidak mahal. Setiap saat masyarakat
pasti mengonsumsi buah-buahan berbiji. Misalnya: mangga, jambu, nangka, durian,
manggis, dan lain-lain. Dari pada biji
buah dibuang, lebih baik biji ditimbun tanah di pekarangan belakang atau
samping, atau di mana saja hingga bisa tumbuh. Jika tidak punya polibag, masyarakat
bisa menempatkan pada kantong plastik yang biasa disebut dengan “tas kresek”
per biji. Kantong berisi bibit pohon tersebut dipersiapkan untuk disumbangkan.
Setiap wilayah ada yang menangani pengumpulan bibit-bibit pohon tersebut.
Sehingga petugas Satu Jiwa Satu Pohon siap berkoordinasi dengan warga setempat.
Misalnya melalui remaja masjid sampai desa atau kelurahan.
Penanaman pohon tidak hanya dilakukan di hutan saja.
Lahan-lahan yang kosong bisa dimanfaatkan meskipun untuk sementara. Intinya
jangan sampai ada pekarangan kosong yang sepi dari penghijauan. Tepi-tepi
tanggul yang kosong bisa ditanami agar tanah menjadi kuat oleh akar-akar pohon.
Juga halaman-halaman rumah akan lebih asri dan sejuk jika banyak ditanami
tumbuhan yang rindang.
Kesadaran warga terhadap lingkungan yang asri ini
perlu diberikan sejak dini. Di sini ada peran umat Islam dalam menyumbangkan
kelestarian alam. Yaitu dengan melihat ayat al quran, yang artinya “Dan janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan
rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat
baik.” (QS. 7 : 56)
Hal
ini menunjukkan bahwa umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya
wajib melestarikan alam. Dan tidak membuat kerusakan terhadap apa yang telah
disediakan oleh Allah kepada makhlukNya.
Jika
semua umat Islam menyadari akan pentingnya lingkungan, apalagi generasi muda
berperan aktif dalam kelestarian alam, maka diharapkan tahun-tahun mendatang bisa
menikmati kembali alam yang asri. Minimal saat ini jika umat Islam menanam
pohon, maka yang bisa menikmati adalah anak-cucu kita. Dan meskipun kita tidak
sempat melihat kerindangan alam kembali, kita telah merasa nyaman bahwa
generasi mendatang akan tercukupi kebutuhan oksigennya.
Mgr, 12 Nopember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar