Hadirin yang saya hormati,
Kita ketahui bersama bahwa perkembangan teknologi yang demikian pesat
sangat menguntungkan masyarakat. Berita tentang apapun dan dimana pun bisa diketahui
dalam hitungan detik melalui media informasi. Berbagai media telah tersedia,
tinggal kemauan kita sebagai penikmat informasi bebas mengaksesnya setiap saat.
Mulai informasi yang paling baik sampai informasi terburuk pun bisa kita cari
sewaktu-waktu.
Perubahan masyarakat sebagi kesatuan hidup manusia yang semakin modern,
ditandai oleh sikap hidup warga masyarakat yang semakin rasional dan penuh
transparansi dalam segala hal. Ini merupakan fenomena bahwa masyarakat Indonesia sudah berada pada situasi
atau tahap modernitas dalam era globalisasi.
Era globalisasi yang modern tak bisa dihindari oleh siapapun, hal ini tentu
akan membawa berbagai dampak bagi seluruh umat di dunia. Berbagai perkembangan
di bidang apapun bisa dilihat dari gaya
hidup masyarakat zaman sekarang. Kehidupan yang menginginkan kebebasan dalam
berpendapat, berkarya, berbudaya, bergaul, maupun bebas dalam hal apa pun.
Modernitas dianggap sebagai puncak perkembangan masyarakat manapun yang
sering disebut dengan “Grand Process of Modernization”, yang lantas dijadikan
sebagai pedoman untuk bergaya hidup serba lebih “wah” dan baru agar tidak
dikatakan ketinggalan zaman.
Hal seperti ini tentu saja banyak manfaatnya. Tetapi di luar manfaat
pasti juga ada mudlaratnya. Berbagai contoh budaya luar yang bertentangan
dengan ajaran Islam bisa kita lihat misalnya dengan melalui televisi, majalah,
maupun internet. Hal yang tampaknya baru inilah yang akan menarik bagi
masyarakat, terutama para remaja.
Hadirin yang saya hormati,
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju ke remaja. Masa
inilah yang merupakan masa percobaan di lingkungan luar keluarga. Remaja yang
selalu ingin mencoba-coba sesuatu yang baru. Jika mendapatkan tren-tren yang
baru dikenal, tak sedikit mereka yang ingin mencobanya. Misalnya gaya rambut mulai dari gaya
Changcuters, Aldi, punk, sampai gaya
Budi Anduk, banyak remaja yang ingin mengikutinya. Pun demikian dengan yang
wanita, mulai Mulan Jameela, Gita Gutawa, Aura kasih, sampai Agnes Monica.
Belum lagi mode baju yang belum jadi, setengah jadi, atau bahkan yang
betul-betul “kamu bisa melihat” alias you can see.
Remaja semakin kebingungan mencari trenseter. Bingung memilih mana dan
siapa yang patut dijadikan panutan dalam bermode dan bergaul tanpa peduli bahwa
apa yang diikuti itu pantas dan di jalur agama atau tidak. Mereka lupa, bahwa
kita hidup di Indonesia
yang punya kebudayaan sendiri. Kebudayaan yang sesuai dengan jiwa keindonesiaan
yang santun, yaitu kebudayaan yang dilandasi dengan agama.
Hadirin,
Di tengah-tengah hingar-bingarnya modernitas di kota-kota besar yang
akhirnya kemodernan itu ikut mudik ke desa, ternyata masih ada beberapa gelintir
tokoh dan masyarakat yang mempertahankan bahkan mengembangkan budaya Islami.
Budaya islami yang bisa dijadikan tameng dalam memfilter budaya-budaya asing
yang dirasa negatif dan kurang cocok dianut. Karena pada dasarnya telah
disebutkan dalam Qur’an surat
Ar-Ra’du: 11
Artinya : Sesungguhnya Allah
tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah pada dirinya.
Hadirin yang saya hormati,
Di antaranya kita bisa melihat perkembangan lagu-lagu islami pada aliran
pop maupun rock. Seperti yang dibawakan
oleh band Ungu, Gigi, Dewa 19, dll. Belum lagi para penyanyi solo mulai Iwan
Fals sampai Afgan. Perkembangan kesenian islami yang menggembirakan ini diikuti
pula dengan perkembangan mode baju muslim yang semakin variatif. Sehingga umat
Islam yang menutup auratnya kini tidak lagi malu hanya karena memakai baju
panjang dan berkerudung yang dulu terkesan “ndesa”.
Banyak artis yang dulu dikenal sexi, contohnya Ineke Kusherawati yang
sekarang merubah penampilannya menjadi lebih santun dengan jilbabnya, Zaskia
Adya Mecca, Gita KDI, Marsanda, dll. Mereka
lebih banyak berdakwah melalui penampilan sebagai penebus kejahiliahannya pada masa
lalu.
Demikian juga dengan film maupun sinetron yang banyak menampilkan adegan-adegan yang lebih islami dari pada
tayangan-tayangan masa lalu. Bagi yang hobi renang, senam, maupun menari pun
kini tidak lagi terhambat, karena ada perancang busana yang peduli dengan
aurat. Mereka merancang model sedemikian rupa sehingga aktivitas umat Islam
tetap bisa berjalan. Hal seperti ini justru menggali potensi dan membuka
lapangan kerja bagi masyarakat untuk selalu berinovasi dan berkarya.
Hadirin,
Semakin banyak orang yang pandai, semakin banyak yang mengembangkan
ajaran Islam dengan perantara budaya yang islami pula. Dengan budaya Islam,
berarti dakwah Islam bisa berjalan, yakni menitikberatkan pada gerakan moral,
intelektual, dan ilmu pengetahuan, serta pembinaan kesadaran beragama yang
merupakan landasan etika sekaligus hidup bermasyarakat. Hal ini juga pernah dilakukan
oleh Rosulullah beserta para sahabatnya yang mampu merubah sisi negatif
perkembangan masyarakat pada masa itu menjadi lebih modern yang islami.
Sebagaimana disebutkan dalam surat
Al-Ahzab : 21
Artinya : Sesungguhnya di dalam
diri Rosulullah itu terdapat teladan yang baik bagimu
Dengan menjalankan kehidupan modern tetapi tidak meninggalkan
nilai-nilai islam, yakni mengembangkan kebudayaan ataupun kebiasaan yang
berciri Islam, insyaallah kita sebagi individu di tengah-tengah masyarakat akan
selamat dari setan-setan kemodernan. Karena kita punya pijakan atau landasan
dalam segala tindakan, yaitu budaya Islam.
Demikian sambutan yang saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Mgr, 5 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar